Jumat, 31 Mei 2013

HAKIKAT SOSIOLINGUISTIK



HAKIKAT SOSIOLINGUISTIKoleh Diana Mayasari - 12706251068
Pengantar
Manusia dalam kehidupan sehari-hari menggunakan komunikasi verbal dan nonverbal untuk memenuhi melaksanakan kehidupan yang selaras dengan manusia yang lainnya. pada komunikasi verbal manusia dapat menggunakan bahasa lisan yang diucapkan melalui artikulator, sedangkan vbahasa nonverbal dapat dilakukan melalui mimik dan gesture. Manusia merupakan makhluk hidup yang heterogen di dalamnya ada berbagai bahasa, budaya dan suku serta kelas. Berdasarkan hal tersebut maka mereka juga mempunyai beragam bahasa sebagai wujud dari latar belakang budaya dan lingkungan masyarakat yang berbeda atau bisa juga disebabkan oleh kelas sosial yang berbeda. Keanekaragaman bahasa yang dipengaruhi oleh masyarakat sebagai penutur bahasa merupakan fenomena yang akan dikaji oleh salah satu cabang linguistik yang dikenal dengan sosiolinguistik.
Apa itu sosiolinguistik?
Banyak ahli yang menyebutkan apa arti dari sosiolinguistik. dari etimologi sosiolinguistik berasal dari dua kata sosio dan linguistik. Sosio berasal dari sosiologi, yakni ilmu yang menelaah bidang sosial yang mengkaji bagaimana masyarakat itu terbentuk, bagaimana manusia beradaptasi, bersosialisasi, dan bagaiamana menyelesaikan berbagai masalah yang timbul dalam masyarakat, sedangkan linguistik diartikan sebagai ilmu bahasa atau kajian yang mengenai bahasa sebagai sasaran utamanya. Penjelasan lain menyebutkan sosio adalah masyarakat dan linguistik mengenai kajian bahasa. Sehingga sosiolinguistik tersebut lahir untuk menjawab berbagai fenomena sosial dan bahasa (Chaer dan Agustina, 2010: 2).
Spolsky (2008: 3) mengartikan sosiolinguistik sebagai ranah kajian diantara bahasa dan masyarakat sosial, diantara pengguna bahasa dan struktur sosial dimana penggunaa  bahasa itu hidup. Trugill menyatakan bahwa sosiolinguistik adalah bagian dari linguistik yang berkaiatan dengan bahasa sebagai gejala sosial dan gejala kebudayaan. Implikasi dari pengertian ini menyatakan bahwa bahasa bukan hanya dianggap sebagi gejala sosial melainkan juga gejala kebudayaan (Sumarsono dan Partana, 2004: 3-4). Hal ini dikarenakan disamping masyarakat memiliki bahasa juga tak lepasdari budaya yang diciptakannya. Dengan demikian, sosiolinguistik adalah cabang ilmu bahasa yang mengkaji tiga aspek, yakni bahasa, masyarakat, dan bahasa yang dipengaruhi oleh masyarakat yang tidak terlepas dari budaya dan nilai-nilai kemasyarakatan.
Bagaimanakah hubungan sosiolinguistik dengan cabang ilmu lain?

a.      Sosiolinguistik dengan Linguistik Umum

Sosiolinguistik merupakan ilmu yang mengkaji linguistik yang dihubungkan dengan faktor sosiologi. Dengan demikian, sosiolinguistik tidak meninggalkan linguistik. Apa yang dikaji dalam linguistik dijadikan dasar bagi sosiolinguistik untuk menunjukkan perbedaan penggunaan bahasa yang dikaitkan dengan faktor sosial. Apa yang dikaji dalam linguistik, meliputi apa yang ditelaah De Saussure, kaum Bloomfieldien (Bloomfield, Charles Fries, dan Hocket) serta kaum Neo Bloomfieldien dengan deep structure dan surface structurenya, dipandang oleh sosiolinguis sebagai bentuk bahasa dasar yang ketika dikaitkan dengan pemakai dan pemakaian bahasa akan mengalami perubahan dan perbedaan.
Kajian mengenai fonologi, morfologi, struktur kalimat, dan semantik leksikal dalam linguistik dipakai oleh sosiolinguistik untuk mengungkap struktur bahasa yang digunakan oleh tiap-tiap kelompok tutur sesuai dengan konteksnya. Karenanya, tidaklah mungkin seorang sosiolinguis dapat mengkaji bahasa dengan tanpa dilandasi pengetahuan mengenai linguistik murni itu. Sosiolinguistik mengkaji wujud bahasa yang beragam karena dipengaruhi oleh faktor di luar bahasa (sosial), yang dengan demikian makna sebuah tuturan juga  ditentukan oleh faktor di luar bahasa. Untuk dapat mengungkap wujud dan makna  bahasa sangat diperlukan pengetahuan tentang linguistik murni (struktur bahasa), supaya kajian yang di lakukan dengan dasar sosiolinguistik tidak meninggalkan objek bahasa itu sendiri (Sumarsono dan Partana, 2004: 7-9).
b.      Sosiolinguistik dengan Dialektologi

Dialektologi merupakan ilmu yang mempelajari variasi bahasa atau berbagai dialek bahasa yang tersebar di berbagai wilayah dengan tujuan mencari hubungan kekerabatan. Dialektologi memeiliki persamaan dengan sosiolinguistik. hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Sumarsono dan Partana (2004: 9-11) bahwa persamaan tersebut terletak pada penggunaan metode dalam penelitian keduanya sama-sama menggunakan metode komparatif. Sedangkan segi perbedannya, sosiolinguitik menelaah tentang pergeseran bahasa, variasi bahasa, dengan menitikberatkan pada batas-batas kemasyarakatan (usia, jenis kelamin, status sosial, lapisan sosial dan sebagainya) bukan atas dasar batas-batas regional, objek dialektologi yang menelaah asal muasal bahasa atau hanya berfokus pada dialek regional yang didasarkan atas batas-batas wilayah alam.
c.       Sosiolinguistik dengan Retorika

Retorika diartikan sebagai kajian tentang tutur terpilih (slected speech), seperti gaya bahasa (style). Dalam hal ini kaitan antara sosiolinguistik dan retorika penutur dalam memilih style tidak hanya dilihat dari apa yang ingin dikatakan atau bentuk – bentuk bahasa yang ingin dikeluarkan (seperti yang dikaji retorika) tapi juga dengan siapa ia akan bertutur pada situasi apa serta atau harus memperhatikan konteks pertuturan. Selain itu kesejajaran diantara keduanya adalah variasi bahasa sebagai objek studi keduanya. Namun, pada dimensi sosiolinguistik tidak hanya mengkaji bentuk-bentuk bahasa yang terpilih saja namun dikaitkan dengan faktor yang menyebabkan munculnya bentuk bahasa tersebut. Hal ini bisa dikaitkan dengan komponen tutur yang disampaikan oleh Hymes dalam akronim SPEAKING
d.      Sosiolinguistik dengan Psikologi

Hubungan Sosiolinguistik dengan Psikologi Pada masa Chomsky, linguistik mulai dikaitkan dengan psikologi dan dipandang sebagai ilmu yang tidak independen. Lebih jauh Chomsky mengatakan (1974) bahwa linguistik bukanlah ilmu yang berdiri sendiri. Linguistik merupakan bagian dari psikologi dalam cara berpikir manusia. Chomsky melihat bahasa sebagai dua unsur yang bersatu, yakni competence dan performance. Competence merupakan unsur dalam bahasa (deep structure) dan menempatkan bahasa dari segi kejiwaan penutur, sedangkan competence merupakan unsur yang terlihat dari parole (Brown, 2007: 12 ). Dengan demikian, Chomsky memandang bahwa bahasa bukanlah gejala tunggal, namun dipengaruhi oleh faktor kejiwaan penuturnya.
 Apa yang dikemukakan Chomsky tentang struktur dalam dan struktur luar digunakan oleh sosiolinguistik sebagai pedoman bahwa tuturan yang nampak  sebenarnya hanyalah perwujudan dari segi kejiwaan penuturnya. Lebih lanjut sosiolinguistik membuka diri untuk menelaah perbedaan bentuk tuturan itu. Kaitan antara competence dan performance terlihat dari penggunaan bahasa penutur. Orang dikatakan mempunyai kompetensi dan performansi yang baik apabila dapat menggunakan berbagai variasi bahasa sesuai dengan situasi. Orang yang berperformansi baik tentulah memiliki kompetensi yang baik, dan memungkinkan penggunaan kode luas (elaborated code). Sebaliknya, orang yang kompetensinya rendah, akan muncul kode terbatas (restricted code).
Dalam psikologi perkembangan terdapat fase perkembangan. mulai menangis (tangis bertujuan: lapar, dingin, takut), tengkurap, duduk, merangkak, dan berjalan. Kesemuanya diikuti atau sejalan dengan perkembangan kebahasaannya (Mackey (1965) melalui Iskandarwassid dan Sunendar (2010: 85). Dalam sosiolinguistik, hal ini diadopsi sebagai variasi bahasa dilihat dari segi usia penutur, (orang mempelajari bahasa sesuai dengan tingkat perkembangannya). Karenanya dikenal juga variasi bahasa remaja dan manula. Dari sudut psikologi, laki-laki memiliki kejiwaan yang secara umum berbeda dengan wanita. Karenanya, apa yang mereka tuturkan juga tidak sama. Sosiolinguistik mentransfer konsep ini, sehingga muncullah istilah variasi bahasa berdasarkan genus atau jenis kelamin (Bahasa dan Jenis Kelamin, Sumarsono dan Partana, 2004: 97-130).
e.       Sosiolinguistik dengan sosiologi

Sumarsono dan Partana (2004: 5-7) mengemukkan persamaan sosiolingguistik dengan sosiologi sebagai berikut.
1.      Sosiolinguistik memerlukan data atau subjek lebih dari satu orang individu.
2.      Menggunakan metode kuantitaif dengan teknik sampling random atau acak
3.      Menggunakan metode wawancara, rekaman, dan pengumpulan dokumen
4.      Pengolahan data menggunakan metode deskriptif.
5.      Keduanya memiliki hubungan simbiosis mutualisme (timbal balik) sebagai berikut.
a.       Data sosiolinguistik yang memberikan ciri-ciri kehidupan sosial, menjadi barometer untuk sosiologi.
b.      Aspek sikap berbahasa mempengaruhi budaya material dan spiritual suatu Masyarakat.
c.        Bahasa yang diteliti secara sosiolinguistik adalah alat utama dari perkembanagan penegetahuan mengenai sosiologi.

Dengan kata lain, sosiolinguistik membantu sosiologi dalam mengklasifikasi strata sosial, seperti yang ditunjukkan oleh Labov dalam penelitiannya mengenai tuturan [r] dalam masyarakat Amerika dalam tingkat sosial yang berbeda.
f.        Sosiolinguistik dengan Antropologi
Antropologi merupakan kajian mengenai masyarakat, seperti asal usul budaya, adat istiadat, dan kepercayaan. Antropologi memandang bahwa budaya yang dimiliki masyarakat memiliki kaitan dengan bahasa. Jika kita menengok linguistik bandingan historis yang di dalamnya mengkaji asal usul bahasa menyebutkan bahwa suatu daerah yang mempunyai persamaan bahasa pasti memiliki kesamaan budaya atau terletak dalam daerah yang tidak saling berjauhan. Misalnya antara Indonesia dengan Malaysia yang mempunyai bahasa yang sama, yakni bahasa melayu austronesia.
Sosiolinguistik mengkaji ulang apa yang ditemukan oleh antropologi adanya kaitan antara budaya dan bahasa. Sehingga muncullah berbagai pandangan yang juga mempengaruhi penggunaan bahasa seperti hipotesis Saphir-Whorf. Kemudian melalui budaya yang dikaji oleh antropologi akan diketahui sistem kekerabatan yang kemudian diambil alih oleh sosiolinguistik dalam kaitannya dengan terms of addres atau kata sapaan. Selain itu, antropologi juga memberikan pengetahuan yang cukup bagaimana seorang penutur dari daerah lain berkomunikasi dengan warga yang berasal dari daerah yang berbeda. Hal tersebut merupakan kajian sosiolinguistik (Sumarsono dan Partana, 2004: 13-14).
g.      Sosiolinguistik dengan Pragmatik

Pragmatik merupakan kajian penggunaan bahasa yang dihubungkan dnegan konteks, yakni topik pembicaraan, tujuan, tempat dan sarana yang digunakan. Fakta ini digunakan oleh sosiolinguistik dalam menelaah variasi bahasa atau ragam bahasa. Jika pragmatik melihat tuturan dengan konteks, sosiolinguistik juga meilihat peristiwa tutur dengan mempertimbangkan konteks namun dilihat dari sisi yang berbeda. Konteks yang ada di dalam sosiolinguistik berkaitan dengan jenis kelamin, usia, pendidikan, dan  kelas sosial pengguna bahasa yang nantinya akan muncul slang, jargon dan register sedangkan pragmatik melihat konteks dari tempat, tujuan dan penutur. Meskipun demikian, keduanya harus memiliki dasar pengetahuan bersama “common ground” untuk memiliki pemahaman yang sebenarnya.

Penutup

Berdasarkan pemaparan yang telah diberikan dapat disimpulkan bahwa sosiolinguistik merupakan cabang linguistik yang mengkaji fenomena sosial berkaitan antara bahasa dan pengguna bahasa. Selain itu sosiolinguistik juga memiliki kaitan dengan cabang ilmu lainnya seperti sosiologi, dialektologi,  psikologi, retorika, linguistik umum, antropologi dan pragmatik serta masih banyak hubungan dengan cabang ilmu yang lainnya yang dapat memperkaya kajian sosiolinguistik serta dapat memperkaya ilmu pengetahuan khususnya ilmu pengetahuan tentang bahasa.



Daftar Pustaka
Brown. Douglas. 2008: Prinsip Pembelajaran Dan Pengajaran Bahasa Edisi Kelima. Jakarta.
Chaer, Abdul dan Agustina, Leonie. 2010. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Iskandarwassid dan Sunendar, Dadang. 2011. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
Spolsky, Bernard. 2008. Sosiolinguistics. New York: Oxford University Press.
Sumarsono dan Partana, Paina. 2004. Sosiolinguistik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar