VARIASI BAHASA

Variasi Bahasa Berdasarkan Style



Variasi Bahasa Berdasarkan Style
(formal, santai, akrab)
oleh Diana Mayasari_nim 12706251068
Pengantar
Setiap orang memiliki kekhasan sendiri-sendiri dalam berbahasa. Kemampuan komunikasi yang dimiliki seseorang atau kelompok disebut dengan istilah repertoir bahasa atau verbal repertoir dari penutur itu (Chaer dan Agustina, 2010: 35). Verbal repertoir yang dimiliki oleh penutur terdiri dari dua macam, yaitu verbal repertoir yang dimiliki oleh setiap penutur secara individual dan verbal repertoir yang merupakan milik masyarakat tutur secara keseluruhan. Verbal repertoir individual mengacu pada alat-alat verbal yang dikuasai oleh penutur. Verbal repertoir yang dimiliki masyarakat mengacu pada keseluruhan alat-alat verbal yang ada di dalam suatu masyarakat beserta norma-norma untuk memilih variasi yang sesuai dengan konteks sosialnya. Penutur yang mampu berkomunikasi dengan beragam bahasa dengan berbagai pihak dalam berbagai topik ujaran maka semakin luaslah verbal repertoir penutur itu.
Suatu kelompok orang atau masyarakat yang mempunyai verbal repertoir yang relatif sama serta mempunyai penilaian yang sama terhadap pemakaian bahasa yang digunakan di dalam masyarakat disebut masyarakat bahasa. Pernyataan senada dikemukakan oleh Chaer dan Agustina (2010: 36) bahwa masyarakat bahasa atau masyarakat tutur adalah sekelompok orang atau masyarakat yang mempunyai verbal repertoir yang relatif sama serta mereka mempunyai penilaian yang sama terhadap norma-norma pemakaian bahasa yang digunakan di dalam masyarakat itu. Berdasarkan verbal repertoir yang dimiliki oleh masyarakat bahasa dapat dikelompokkan atas:
1.  masyarakat monolingual;
2.  masyarakat bilingual; dan
3.  masyarakat multilingual.
Adanya masyarakat yang bilingual ataupun multilingual, merupakan salah satu peneybab muncunya variasi bahasa seperti variasi bahasa dari segi penutur, pemakaian, keformalan, dan variasi dari segi sarana. Ulasan ini akan membahas variasi bahasa dari segi keformalannya.
Variasi bahasa dari segi keformalannya
Berdasarkan tingkat keformalannya Martin Joss (1967)  membagi variasi bahasa atas lima macam gaya (Inggris Style) yaitu gaya atau ragam beku (Frozen), gaya atau ragam bahasa resmi (formal), gaya atau ragam usaha (konsultatif), gaya atau ragam santai (casual) gaya atau ragam akrab (intimate) (Chaer dan Agustina, 2010: 70) .
a.      Ragam beku (frozen) adalah variasi bahasa yang paling formal yang digunakan dalam situasi-situasi khidmat dan upacara resmi misalnya dalam upacara kenegaraan, khotbah di masjid, tata cara pengambilan sumpah, kitab undang-undang dan surat-surat keputusan. Disebut ragam beku karena  pola dan kaidahnya sudah ditetapkan secara mantap dan tidak boleh diubah. Bentuk tertulis ragam beku dapat kita jumpai dalam dokumen-dokumen bersejarah seperti undang-undang dasar, akte notaris, surat sewa-menyewa, dan lain-lain. Kushartanti (2009: 50) mengatakan ragam bahasa ditandai dengan ungkapan atau ujaran-ujaran baku dan beku (frozen) sebagaimana yang telah terdengar dalam acara ritual dan seremonial. Ciri dari ragam beku adalah kalimatnya panjang, bersifat kaku, kata-katanya lengkap tidak mudah dipotong dan sulit sekali dikenali ketentuan tata tulis dan ejaan yang standar. Contoh ragam beku adalah naskah pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.
b.      Ragam resmi (formal) adalah variasi bahasa yang digunakan dalam pidato kenegaraan, rapat dinas, surat menyurat dinas, ceramah keagamaan, dan sebagainya. Pola dan kaidah ragam resmi telah ditetapkan secara mantap sebagai suatu standar. Ragam resmi pada dasarnya sama dengan ragam bahasa baku atau standar yang hanya digunakan dalamsituasi resmi. Ragam bahasa resmi atau formal ditandai oleh bentuk kata dan kalimat yang lengkap serta akurat.
c.       Ragam usaha atau ragam konsultatif adalah variasi bahasa yang lazim digunakan dalam pembicaraan biasa di sekolah dan rapat-rapat atau pembicaraan yang berorientasi pada hasil atau produksi. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa ragam usaha merupakan ragam bahasa yang paling operasional. Wujud ragam usaha berada di antara ragam formal dan ragam informal atau ragam santai.
d.     Ragam santai atau ragam kasual adalah variasi bahasa yang digunakan dalam situasi tidak resmi untuk berbincang-bincang dengan keluarga atau teman-teman. Ragam santai banyak menggunakan allegro yaitu bentuk kata atau ujaran yang dipendekkan. Kosa kata dalam ragam santai banyak dipenuhi unsur leksikal dialek dan unsur bahasa daerah. Demikian juga morfologi dan sintaksis yang normatif tidak digunakan. Mislanya kata Bapak dalam komunikasi yang santai bukan lagi menggunaan sapaan kata Bapak melainkan berubah menjadi Pak.
e.      Ragam akrab atau ragam intim adalah variasi bahasa yang biasa digunakan oleh para penutur yang hubungannya sudah akrab seperti antaranggota keluarga atau antarteman yang sudah karib. Ragam intim ditandai dengan penggunaan bahasa yang tidak lengkap, pendek-pendek, dan dengan artikulasi yang sering kali tidak jelas. Hal ini terjadi karena para penutur sudah ada saling pengertian dan memiliki pengetahuan yang sama.
Penutup
Berdasarkan uraian dapat disimpulkan bahwa ariasi bhaasa adalah sejenis ragam bahasa yang pemakaiannya disesuaikan dengan fungsi dan situasinya tanpa mengabaikan kaidah-kaidah pokok yang berlaku dalam bahasa tersebut.  Penggunaan ragam bahasa dari segi keformalan tergantung pada siatuasi yang digunakan siapa yang berbicara, kepada siapa, tentang siapa, dan kapan. Penggunaan kelima ragam bahasa tidak terpisah-pisah melainkan berganti-ganti menurut keperluannya bahkan sering tumpang tindih.
Daftar pustaka
Chaer, Abdul, dan Agustina, Leonie. 2010. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar