Nilai
Praktis Sosiolinguistik dalam Pengajaran Bahasa
oleh Diana Mayasari S. Pd
12706251068
oleh Diana Mayasari S. Pd
12706251068
Pendahuluan
Bahasa
dapat diartikan sebagai alat komunikasi, sarana untuk mengekspresikan diri, dan
merupakan bagian yang erat dari budaya serta nilai-nilai masyarakat penuturnya,
yakni masyarakat bahasa. Bahasa mengalami berbagai fenomena sebagai bentuk
keberadaan bahasa tersebut. Adanya berbagai budaya, suku, etnis, pendidikan,
gender dan perpindahan yang ada di Indonesia merupakan salah satu sebab
munculnya fenomena-fenomena bahasa.
Seiring
perkembangan zaman fenomena bahasa telah banyak dikaji oleh para ilmuan.
Berdasarkan pengkajian tersebut melahirkan berbagai cabang-cabang ilmu bahasa
seperti sosiolinguistik,
psikolinguistik,
neurolinguistik,
antropolinguistik,
dan lain sebagainya. Penelitian feneomena bahasa turut mewarnai pembentukan
tujuan pengajaran yang terdapat dalam kurikulum bahasa. Seperti yang diungkapkan
Siahaan (1987: 5) kurikulum bahasa
sebagai sarana terwujudnya tujuan pendidikan dipengaruhi banyak faktor, seperti
politik bahasa,
tradisi pengajaran, teori-teori pengajaran bahasa, kemudian hasil-hasil
penelitian dalam kebahasaan yang menjadi dasar keilmuannya. Di samping itu
tujuan penelitian bahasa di Indonesia dapat diarahkan kepada dua sasaran, yakni
untuk kepentingan
ilmu pengetahuan bahasa atau linguistik dan untuk kepentingan
pengajaran bahasa Indonesia. Hal ini sesuai dengan pendapat Parera (1986: 9)
bahwa penelitian bahasa dapat dipergunakan untuk mempersiapkan materi
pengajaran, memperbarui metode mengajar, menambah pengetahuan tentang bahasa,
dan melakukan analisis evaluasi tentang pengajaran dan pelajaran
bahasa.
Berbicara
mengenai pengajaran bahasa maka tidak lepas dari apa yang disebut linguistik
terapan (applied
linguistic). Sosiolinguistik dapat dikatakan sebagai linguistik terapan. Hal
ini dikarenakan kajian sosiolinguistik tidak hanya dari struktur intern saja
melainkan telaah dari struktur ekstern. Salah satu diantaranya digunakan sebagai
landasan pengembangan praktis pengajaran bahasa. Kaitan antara sosiolinguistik,
linguistik terapan, dan pengajaran bahasa akan diulas dalam tulisan ini.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka ulasan ini diberi judul Nilai Praktis
Sosiolinguistik dalam Pengajaran Bahasa.
Sekilas
Mengenai Sosiolinguistik
Sosiolinguistik
menelaah bahasa yang dipengaruhi oleh masyarakat. Pernyataan tersebut sesuai
dengan pendapat Spolsky (2010: 1) yang menyebutkan bahwa sosiolinguistik
adalah bidang yang
mempelajari hubungan antara bahasa
dan masyarakat sosial, antara penggunaan bahasa dan struktur sosial di mana pengguna bahasa hidup.
Kelebihan sosiolinguistik terletak pada masalah-maslah yang ditelaah dalam
kajian tersebut. Tujuh dimensi
sosiolinguistik yang dipaparkan Chaer dan Agustina (2010: 5) telah dirumuskan
pada tahun 1964, di University of California, Los Angeles sebagai masalah yang
dibicarakan dalam sosiolinguistik. Berikut uraian dari ketujuh dimensi
tersebut.
1. Identitas
sosial dari penutur.
2. Identitas
sosial dari pendengar yang terlibat dalam proses komunikasi.
3. Lingkungan
sosial tempat peristiwa tutur terjadi.
4. Analisis
singkronik dan diakronik dari dialek-dialek sosial.
5. Penilaian
sosial yang berbeda oleh penutur akan perilaku bentuk-bentuk ujaran.
6. Tingkatan
variasi dan ragam linguistik, dan
7. Penerapan
praktis dari penelitian sosiolinguistik.
Salah
satu dari beberapa dimensi tersebut yang dipilih oleh penulis untuk ditelaah
adalah penerapan
praktis dari penelitian sosiolinguistik. Dimensi masalah ini membicarakan
kegunaan dari penelitian sosiolinguistik untuk mengatasi masalah-masalah praktis
dalam masyarakat. Hal ini senada dengan pendapat Chaer dan Agustina (2010: 6)
yang menyebutkan bahwa pengajaran bahasa, pembakuan bahasa, penerjemahan,
mengatasi konflik sosial akibat konflik bahasa merupakan aplikasi praktis dari
penelitian sosiolinguistik. Penerapan praktis penelitian sosiolinguisik
dalan pengajaran bahasa adalah pokok permasalahan yang ditekankan dalam ulasan
ini.
Nilai
Praktis Sosiolinguistik dalam Pengajaran Bahasa
Pembelajaran
bahasa tidak dapat berlangsung dengan baik tanpa memanfaatkan jasa ilmu-ilmu
lain yang relevan dengannya seperti: psikologi, pedagogik, sosiologi,
antropologi, manajemen,
sosiolinguistik, psikolinguistik dan linguistik.
Mengutip
pemaparan Parera (1986: 1) bahwa linguistik mengajarakan teori-teori
penganalisisan dan pendeskripsian bahasa sebagai satu objek studi yang
mengajarakn komponen-komponen kebahasaan dan teknik-teknik pendeskripsian
bahasa. Selain itu sosiolinguistik
mengajarkan bagaimana penggunaan bahasa itu secara aktual dalam komunikasi
khususnya dalam pengajaran. Dengan demikian pengajaran bahasa memiliki kaitan
yang erat dengan sosiolingusitik.
Jika
dilihat
dari sudut
objek
kajian
pengajaran
bahasa erat sekali hubungnnya dengan linguistik, akan tetapi bila dilihat dari
beberapa sudut
yang
lain keduanya menunjukkan beberapa titik perbedaan terutama jika
ditinjau
dari segi tujuan, metode dan sikap. Titik
perbedaan itu terlihat dari uraian Kaseng
(1989:
2)
sebagai
berikut.
1. Tujuan,
linguistik bertujuan menemukan kriteria atau teori universal yang akan
menerangkan fenomena bahasa, sedangkan guru bahasa bertujuan membantu murid
menguasai bahasa
dengan materi yang diberikan melalui pengajaran.
2. Metode
linguistik menggunakan metode formal dan abstrak, sedangkan guru bahasa
menggunakan metode fungsional dan
praktis,
seperti pendekatan komunikatif, pendekatan koordinatif dan lain
sebagainya.
3. Sikap,
linguistik melihat bahasa sebagai suatu sistem sedangkan guru bahasa melilhat
bahasa sebagai suatu keterampilan,
baik itu keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.
Dengan
adanya dua tendensi yang bersifat saling menjauhi antara dua hal yang kelihatan
berbeda, tapi sangat bermanfaat untuk didekatkan
terasa
penting hadirnya
cabang
ilmu yang dikenal dengan nama linguistik terapan (applied
Linguistic).
Linguistik
terapan berusaha menjembatani dua
pandangan yang ada antara
teoretis
dan
praktis
yang
disebabkan oleh perbedaan sikap, metode dan tujuan kedua kelompok tersebut.
Secara umum yang dimaksud dengan ilmu terapan adalah pemanfaatan ilmu
pengetahuan untuk merencanakan dan membuat desain bagi kegiatan yang praktis
dalam kehidupan sehari-hari (Parera,1987:10). Jika dikatakan sosiolinguistik
sebagai ilmu linguistik terapan, maka
terapan yang dimaksud di sini memiliki arti
pemanfaatan ilmu
sosiolinguistik untuk kepentingan proses pengajaran
bahasa.
Pengajaran
bahasa pada suatu negara atau suatu daerah merupakan suatu keputusan
politik, ekonomi dan sosial. Ini yang
disebut kebijakan
pengajaran bahasa. Apabila secara politis telah ditentukan, bahasa apa yang
harus diajarkan, dan kepada siapa bahasa itu harus diajarkan, maka langkah
selanjutnya adalah bahan apa yang harus diajarkan dan bagaimana cara
mengajarkannya. Pernyataan tersebut sesuai dengan pendapat Parera
(1986: 11) yang
menjelaskan kebijakan pengajaran bahasa
melalui bagan berikut.
Keterangan:
M=
metode dan variabel-variabel bahan
T=
variabel guru: apa yang dibuat oleh guru
I=
variabel instruksi: apa yang diperoleh pelajar
S=
variabel sosiokultural: apa dan bagaimana sikap lingkungan
L=
variabel pengajar: apa yang dilakukan oleh pelajar.
Lalu
dimanakah fungsi sosiolinguistik dalam pengajaran bahasa? Para ahli bahasa
tidak
menjamin bahwa penemuan teoritis mereka akan berguna dalam pengajaran bahasa.
Hal ini tercermin dari kontroversi pendapat mereka tentang peranan teori
linguistik dalam pembelajaran bahasa. Ada dua kubu yang saling
bertentangan.
Yang
pertama kontra dengan pendapat yang mengatakan bahwa teori mempunyai peranan
dalam pengajaran bahasa.
Pendapat ini dipelopori Robert
Stokwell dan Sol saporta sedangkan yang kedua pro bahwa teori linguistik
mempunyai peranan penting dalam pengajaran bahasa tokohnya adalah S.Pit Corder
(
melalui Wahab,
1998: 112-114)
Beralih
dari kontroversi ini melalui berbagai kajian menunjukkan bahwa sumber yang
paling kuat dan tepat untuk menentukan silabus pembelajaran bahasa adalah linguistik baik
sebagai ilmu murni ataupun terapan. Melalui kajian ini penulis mendukung
bahwa teori linguistik mempunyai peranan penting dalam pengajaran bahasa.
Berawal
dari sinilah akan diketahui nilai praktis seperti apa yang akan diberikan
sosiolinguistik. Kita
bisa melihat kontribusi sosiolinguistik dalam pembelajaran bahasa melalui
aplikasi linguistik,
yakni bagaimana sumbangan sosiolinguistik dalam menentukan bahan pembelajaran,
silabus dan pelaksanaan pengajaran bahasa. Merujuk pendapat Parera
(1989:11-13)
bahwa terdapat tiga tahap aplikasi linguistik berkaitan kontribusi linguistik
dalam pengajaran bahasa sebagai berikut.
Tahap
aplikasi pertama adalah tahap deskripsi linguistik.
Tahapan ini memberi jawaban atas pertanyaan general tentang hakekat bahasa
yang diajarkan. Tahapan ini tidak menjawab tentang apa yang akan diajarkan atau
bagaimana suatu bahan akan disusun.
Hal ini dikarenakan sumbangan atau kontribusi linguistik kepada pengajaran
bahasa bersifat tidak langsung linguistik hanya memberikan sumbangan tersebut
berupa bahan begitu juga sosiolinguistik. Gambaran
dari aplikasi tahap pertama ini terlihat dalam bagan berikut.
Tahap aplikasi kedua berhubungan dengan soal isi silabus. Kita tidak akan mengajarkan keseluruhan bahasa. Dalam tahapan ini kita akan melakukan desain hasil. Untuk itu akan dilakukan pemilihan bahan. Kriteria pemilihan bahan pembelajaran bisa bermacam-macam pandangan Misalnya saja, manfaat bagi pembelajar, apa yang diperlukan pembelajar dalam kehidupan sehari-hari berkaitan dengan bahasa yang akan dipelajarinya, perbedaan antara bahasa ibu dan bahasa yang akan dipelajarinya, kesulitan apa yang dihadapi oleh pembelajar bahasa asing pada umumnya, variasi dialek perbandingan interlingual, dan perbedaan antara dua bahasa, seperti antara bahasa Indonesia dan bahasa Inggris, bahasa Indonesia dengan bahasa Arab dan sebagainya (lebih luas lagi baca Richards, 2002: 51-89). Pemilihan bahan ini sangat erat sekali dengan aplikasi kajian sosiolinguistik terutama jika bahan pembelajaran ingin menyiapkan bagi pembelajar asing, seluk-beluk variasi dialek perbandingan interlingual dan perbandingan antara dua bahasa. Aplikasi tahapan kedua ini tergambar dalam bagan berikut.
Tahap
aplikasi ketiga
merupakan tahap kegiatan
pembelajaran bahasa
karena
pada tahap kedua
belum bisa membuat silabus yang lengkap dan utuh tentang bahasa,
maka kaidah-kaidah penyusunan silabus ini harus
memperhatikan
faktor linguistik,
psikolinguistik maupun
sosiolinguistik
sebagai bahan pengajaran dan pendekatan proses belajar mengajar.
Gambaran
aplikasi ketiga bisa dilihat dalam bagan
berikut.
Penutup
Berdasarkan
uraian
di atas kontribusi sosiolinguistik dalam pengajaran
bahasa
memiliki nilai praktis yang
cukup signifikan terutama dalam memberikan informasi tentang hakekat bahasa dan
pemilihan bahan
ajar yang sesuai dengan konteks kemasyarakatan,
kondisi sosial pembelajar
bahasa,
mengenai apa yang diajarkan,
kapan, berapa lama materi tersebut diajarkan, pembuatan silabus,
dan kegiatan
pembelajaran bahasa.
Oleh
karena itu,
tenaga pendidik,
disarankan
memahami kajian teori lingustik terutama ilmu-ilmu murni
dan linguistik terapan.
Selain itu, juga memperdalam sosiolinguistik
mengingat
bahwa bahasa tidak bisa lepas dari gejala dan fenomena sosial yang dalam hal
pendidikan
pengajar
bahasa perlu memahami tingkat sosial kebahasaan pada siswa
dan
lingkungan tempat proses pembelajaran dan pemerolehan bahasa siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Chaer,
Abdul dan Leonie Agustina. 2010.
Sosiolinguistik
Perkenalan Awal.
Jakarta:
Rineka Cipta.
Kaseng,
Sjahruddin. 1989.
Linguistik Terapan:
Pengantar Menuju Pengajaran Bahasa yang Sukses. Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pengembangan
Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.
Parera,
Jis Daniel. 1986.
Linguistik Edukasional
: Pendekatan Konsep dan Teori Pengajaran Bahasa.
Jakarta: Erlangga.
Spolsky.
Bernard. 2010. Sosiolinguistics.
New York: Oxford University Press.
Wahab,
Abdul. 1998. Isu Linguistik Pengajaran Bahasa dan Sastra. Surabaya:
Airlangga University Press.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar