Minggu, 02 Juni 2013

KOMPONEN TUTUR


Teori Dell Hymes Mengenai Peristiwa Tutur
Oleh Diana Mayasari_12706251068
Pengantar  
     Bahasa yang berada di masyarakat digunakan untuk berinteraksi satu. Manusia dapat menggunakan sarana lainnya selain bahasa dalam komunikasinya, namun lat komunikasi yang baik sepertinya terletak pada bahasa. Dalam komunikasi tersebut manusia saling bertukar pikiran, gagasan, ide, informasi maka dalam setiap komuniaksi manusia melalui sebuah peristiwa yang disebut denga peristiwa tutur. Dalam rangka untuk menggambarkan dan menganalisis komunikasi tersebut Hymes membagi ke dalam tiga unit analisis, meliputi situasi (situation), peristiwa (event), dan tindak (act). Tindak tutur merupakan bagan dari peristiwa tutur dan peristiwa tutur merupakan bagian dari situasi tutur. Oleh karena itu tindak tutur dan peristiwa tutur memiliki hubungan yang sangat erat terkait. Keduanya merupakan gejala yang terdapat pada satu proses, yakni proses komunikasi 
     Peristiwa tutur lebih diliaht pada tujuan peristiwanya, tetapi dalam tindak tutur lebih dilihat pada makna atai arti tindakan dalam tuturannya. Sedangkan situasi tutur tidak murni komunikatif. Hal ini dikarenakan situasi tutur bukanlah kajian wicara, tetapi dapat diacu oleh wicara sebagai konteks. Dalam peristiwa tutur terdapat komponen tutur yang dipaparkan Hymes sebagai penentu pemakaian ragam bahasa.Pada ulasan ini kita akan menelaah lebih jauh mengenai komponen tutur yang memiliki kaitan dengan sosiolinguistik mikro, yakni berkenaan dengan siapa berbicara dalam bahasa apa, kepada siapa, tentang apa seperti ulasan berikut.
Komponen Tutur Dell Hymes
Hymes sebagai mengemukakan komponen tutur dalam klasifikasi yang ia usulkan dalam akronim SPEAKING, di mana setiap huruf dalam akronim tersebut merupakan komponen-komponen yang harus ada dalam komunikasi. Pada awal mulanya Hymes tidak mencetuskan teori tersebut dalam sebuah akronim speaking, namun masih berupa rincian-rincian yang terdiri dari 16 poin mengenai unsur dalam pembicaraan. Kemudian Hymes melihat dari telaah psikologis bahwa ingatan manusia hanya mampu mengingat dengan baik antara kisaran tujuh plus dua atau minus dua, sehingga keenam belas poin tersebut disederhanakan dalam satu akronim yang dikenal dengan SPEAKING (Miller, 1956 melalui Christina, Paulston dan Tucker, 2003 :40-46) .
1.      S: (situation), terdiri atas setting dan scene. setting menunjuk pada waktu, tempat dan keadaan fisik tuturan secara keseluruan,  Scene mengacu pada keadaan psikologis pembicaraan. Misalnya dari situasi formal berubah menjadi informal.
2.      P: (partisipants), mencakup penutur, petutur, pengirim dan penerima.
3.      E: (ends), meliputi maksud atau tujuan dan hasil.
4.      A: (act sequence), terdiri atas bentuk pesan dan isi pesan
5.      K: (key), mengacu pada nada, cara, atau semangat penyampaian pesan
6.      I: (instrumentalities), menunjuk pada jalur bahasa yang digunakan dalam pembicaraan seperti lisan, tulisan, melalui telegraf atau telepon dan bentuk tuturan seperti bahasa dan dialek, kode, fragam atau register seperti di Amerika dengan menggunakan dialek bahasa Inggris untuk mengarah pada situasi atau fungsi tertentu (seperti bahasa standar vs vernakular).
7.      N: (norms), mengacu pada aturan-aturan atau norma interaksi dan interpretasi. Norma interaksi merupakan norma yang terjadi dalam cara menyampaikan pertanyaan, interupsi, pernyatan, perintah dalam percakapan. Norma interpretasi, yakni penafsiran norma oleh partisipan dalam tuturan.
8.      G: (genres), mencakup jenis bentuk penyampaian, seperti syair, sajak, mite, hikayat, doa, bahasa perkuliahan, perdagangan, ceramah, surat edaran, tajuk rencana.
Penutup
Berdasarkan pemaparan tersebut dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut. Peristiwa tutur yang terjadi di masyarakat mengakibatkan munculnya berbagai variasi bahasa, sehingga Dell Hymes merumuskan komponen tutur SPEAKING sebagai syarat terjadinya peristiwa tutur. Masing-masing komponen tersebut saling berhubungan dan berfungsi meminimalisir kesalahpahaman dan kesalahtafsiran dalam peristiwa tutur serta sebagai penentu penggunaan ragam bahasa yang tepat dalam komunikasi.
Daftar acuan

Chaer, Abdul., Leonie Agustina. 2010. Sosiolinguistik: Perkenalan Awal (Edisi Revisi). Jakarta: PT. Rineka Cipta.


Paulstom, Christina Bratt and Tucker. G. Richard. 2003. Sosiolinguistics. Blackwell Publishing.
Sumarsono dan Partana, Paina. 2004. Sosiolinguistik. Yogyakarta: Sabda dan Pustaka Pelajar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar