Teori Dell Hymes Mengenai Peristiwa Tutur
Oleh Diana Mayasari_12706251068
Pengantar
Bahasa yang
berada di masyarakat digunakan untuk berinteraksi satu. Manusia dapat
menggunakan sarana lainnya selain bahasa dalam komunikasinya, namun lat
komunikasi yang baik sepertinya terletak pada bahasa. Dalam komunikasi tersebut
manusia saling bertukar pikiran, gagasan, ide, informasi maka dalam setiap
komuniaksi manusia melalui sebuah peristiwa yang disebut denga peristiwa tutur.
Dalam rangka untuk menggambarkan dan menganalisis komunikasi tersebut Hymes
membagi ke dalam tiga unit analisis, meliputi situasi (situation), peristiwa (event),
dan tindak (act). Tindak tutur merupakan bagan dari peristiwa tutur dan
peristiwa tutur merupakan bagian dari situasi tutur. Oleh karena itu tindak tutur dan peristiwa tutur memiliki hubungan yang sangat erat terkait. Keduanya merupakan gejala yang terdapat pada satu proses, yakni proses komunikasi
Peristiwa tutur lebih diliaht pada tujuan peristiwanya, tetapi dalam tindak tutur lebih dilihat pada makna atai arti tindakan dalam tuturannya. Sedangkan situasi tutur tidak murni komunikatif. Hal ini dikarenakan situasi tutur bukanlah kajian wicara, tetapi dapat diacu oleh wicara sebagai konteks. Dalam peristiwa tutur terdapat komponen tutur yang dipaparkan Hymes sebagai penentu pemakaian ragam bahasa.Pada ulasan ini kita akan menelaah lebih jauh mengenai komponen tutur yang memiliki kaitan dengan sosiolinguistik mikro, yakni berkenaan dengan siapa berbicara dalam bahasa apa, kepada siapa, tentang apa seperti ulasan berikut.
Komponen
Tutur Dell Hymes
Peristiwa tutur lebih diliaht pada tujuan peristiwanya, tetapi dalam tindak tutur lebih dilihat pada makna atai arti tindakan dalam tuturannya. Sedangkan situasi tutur tidak murni komunikatif. Hal ini dikarenakan situasi tutur bukanlah kajian wicara, tetapi dapat diacu oleh wicara sebagai konteks. Dalam peristiwa tutur terdapat komponen tutur yang dipaparkan Hymes sebagai penentu pemakaian ragam bahasa.Pada ulasan ini kita akan menelaah lebih jauh mengenai komponen tutur yang memiliki kaitan dengan sosiolinguistik mikro, yakni berkenaan dengan siapa berbicara dalam bahasa apa, kepada siapa, tentang apa seperti ulasan berikut.
Hymes
sebagai mengemukakan komponen tutur dalam klasifikasi yang ia usulkan dalam
akronim SPEAKING, di mana setiap
huruf dalam akronim tersebut merupakan komponen-komponen yang harus ada dalam
komunikasi. Pada awal mulanya Hymes tidak mencetuskan teori tersebut
dalam sebuah akronim speaking, namun
masih berupa rincian-rincian yang terdiri dari 16 poin mengenai unsur dalam
pembicaraan. Kemudian Hymes melihat dari telaah psikologis bahwa ingatan
manusia hanya mampu mengingat dengan baik antara kisaran tujuh plus dua atau minus dua, sehingga keenam belas poin tersebut disederhanakan dalam
satu akronim yang dikenal dengan SPEAKING (Miller, 1956 melalui
Christina, Paulston dan Tucker, 2003 :40-46)
.
1. S: (situation), terdiri atas setting dan scene. setting menunjuk pada waktu, tempat dan keadaan fisik tuturan secara
keseluruan, Scene mengacu pada keadaan psikologis pembicaraan. Misalnya dari
situasi formal berubah menjadi informal.
2. P: (partisipants), mencakup penutur, petutur, pengirim
dan penerima.
3. E: (ends), meliputi maksud atau tujuan dan
hasil.
4. A: (act
sequence), terdiri atas bentuk
pesan dan isi pesan
5. K: (key),
mengacu pada nada, cara, atau semangat penyampaian pesan
6. I: (instrumentalities),
menunjuk pada jalur bahasa yang
digunakan dalam pembicaraan seperti lisan, tulisan, melalui telegraf atau
telepon dan bentuk tuturan seperti
bahasa dan dialek, kode, fragam atau register seperti di Amerika dengan
menggunakan dialek bahasa Inggris untuk mengarah pada situasi atau fungsi
tertentu (seperti bahasa standar vs vernakular).
7. N: (norms),
mengacu pada aturan-aturan atau norma interaksi dan interpretasi. Norma
interaksi merupakan norma yang terjadi dalam cara menyampaikan pertanyaan,
interupsi, pernyatan, perintah dalam percakapan. Norma interpretasi, yakni
penafsiran norma oleh partisipan dalam tuturan.
8. G: (genres),
mencakup jenis bentuk penyampaian, seperti syair, sajak, mite, hikayat, doa,
bahasa perkuliahan, perdagangan, ceramah, surat edaran, tajuk rencana.
Penutup
Berdasarkan pemaparan tersebut
dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut. Peristiwa tutur yang terjadi di
masyarakat mengakibatkan munculnya berbagai variasi bahasa, sehingga Dell Hymes
merumuskan komponen tutur SPEAKING sebagai syarat terjadinya peristiwa tutur.
Masing-masing komponen tersebut saling berhubungan dan berfungsi meminimalisir
kesalahpahaman dan kesalahtafsiran dalam peristiwa tutur serta sebagai penentu
penggunaan ragam bahasa yang tepat dalam komunikasi.
Daftar
acuan
Chaer, Abdul.,
Leonie Agustina. 2010. Sosiolinguistik:
Perkenalan Awal (Edisi Revisi). Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Paulstom,
Christina Bratt and Tucker. G. Richard. 2003. Sosiolinguistics. Blackwell Publishing.
Sumarsono dan
Partana, Paina. 2004. Sosiolinguistik.
Yogyakarta: Sabda dan Pustaka Pelajar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar