Kontak Bahasa
Oleh Diana Mayasari_Nim 12706251068
Oleh Diana Mayasari_Nim 12706251068
Pendahuluan
Manusia dalam memenuhi kehidupan sehari-hari tak
lepas dari manusia yang lainnya sehingga manusia melaksanakan berbagai kegiatan
dengan manusia yang lainnya. Beragamnya kegiatan tersebut mengharuskan mereka
untuk berkomunikasi satu sama lain, baik itu dengan anggota masyarakatnya
ataupun dengan anggota dari masyarakat lain, padahal secara umum diketahui bahwa
bahasa yang digunakan antarmasyarakat yang satu dengan yang lain berbeda,
sehingga peristiwa inilah yang kemudian menyebabkan terjadinya kontak bahasa. Kontak bahasa merupakan
peristiwa dimana terjadi penggunaan lebih dari satu bahasa dalam waktu dan
tempat yang bersamaan. Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab terjadinya
kontak bahasa. Ulasan ini akan membahas mengenai faktor-faktor tersebut disertai
contoh-contoh masyarakat yang mengalami kontak bahasa serta akibat yang
ditimbulkan dari adanya kontak bahasa.
Sekilas tentang Kontak Bahasa
Thomason (2001: 1) berpendapat bahwa kontak bahasa adalah peristiwa
penggunaan lebih dari satu bahasa dalam tempat dan waktu yang sama. Kontak
bahasa tidak menuntut penutur untuk berbicara dengan lancar sebagai dwibahasawan
atau multibahasawan, namun terjadinya komunikasi antara penutur dua bahasa yang
berbeda pun sudah dikategorikan sebagai peristiwa kontak bahasa. Sebagai contoh,
ketika dua kelompok wisatawan yang sedang melakukan transaksi jual beli di
Marioboro Jogja. Antara penjual sebagi penutur bahasa jawa dan pembeli yang
berbahasa asing sama-sama menggunakan bahasa yang mudah dipahami. Peristiwa
komunikasi ini, meskipun mungkin dalam bentuk yang sangat sederhana, sudah masuk
dalam kategori kontak bahasa.
Faktor Penyebab Kontak Bahasa
Thomason (2001: 17-21) menjelaskan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan
terjadinya kontak bahasa dapat dikelompokan menjadi lima sebagai
berikut.
a. Adanya dua kelompok yang berpindah ke daerah yang tak berpenghuni
kemudian mereka bertemu disana.
Antartika, sebagai tempat dimana tidak ada populasi manusia yang menetap
disana, merupakan contoh dari adanya kontak bahasa dengan sebab ini. Para
ilmuwan dari berbagai belahan dunia saling melakukan kontak bahasa dalam
perkemahan mereka selama berada disana.
b. Perpindahan satu kelompok ke wilayah kelompok lain
Peristiwa perpindahan satu kelompok ke wilayah kelompok lain bisa dengan
cara damai atau sebaliknya, namun kebanyakan tujuan dari adanya perpindahan ini
adalah untuk menaklukan dan menguasai wilayah dari penghuni aslinya. Sebagai
contoh, pada awalnya masyarakat Indian menerima kedatangan bangsa Eropa dengan
ramah, begitu pun sebaliknya. Namun, bangsa Eropa kemudian berkeinginan untuk
memiliki tanah Amerika, sehingga ketika jumlah mereka yang datang sudah cukup
banyak, mereka mengadakan penaklukan terhadap warga pribumi.
Perpindahan juga bisa terjadi melalui peperangan. Namun, tidak semua
kontak bahasa terjadi melalui proses saling bermusuhan. Ada juga yang terjadi
melalui perdagangan, penyebaran misi agama serta adanya perkawinan campuran antara warga pribumi dan bangsa Eropa selanjutnya kasus ini juga
disebabkan oleh imigran seperti yang terjadi di New Zealand. Namun demikian, di
samping perpindahan dengan penaklukan dan penguasaan tersebut, ada pula kontak
bahasa yang terjadi dengan jalan damai, yaitu perpindahan kelompok-kelompok
kecil atau individu-individu yang tersebar yang bergabung dengan para imigran
yang telah datang lebih dulu dan menempati wilayah itu sebelumnya seperti
imigran yang datang ke Amerika.
c. Adanya praktek pertukaran buruh secara paksa
Kontak bahasa pada beberapa perkebunan di daerah Pasifik berawal ketika
para buruh yang dibawa kesana beberapa karena pemaksaan berasal dari berbagai
pulau Pasifik yang berbeda. Banyaknya orang Asia Selatan di Afrika Selatan pada
awalnya berasal dari pertukaran buruh pada industri tebu sekitar abad XIX. Hal
ini menyebabkan bahasa Tamil, salah satu bahasa India, menjadi bahasa minoritas
di negara tersebut. Adanya pertukaran buruh atau budak ini mendorong
sosiolinguis untuk membuat perbedaan antara yang secara sukarela atau yang
dipaksa untuk berpindah. Perbedaan ini tentu saja memengaruhi sikap mereka
terhadap negara yang dituju dan seringkali juga pada hasil kontak
bahasa.
d. Adanya hubungan budaya yang dekat antarsesama tetangga
lama
Faktor ini menyiratkan bahwa peristiwa kontak bahasa tisak mencari
asal-usul terjadinya kontak. Kontak bahasa juga terjadi sebagai hasil dari perkawinan campuran diantara
suku Aborigin Australia yang mempraktekan eksogami yang terjadi di Vietnam selam
terjadi peperangan. Lebih jauh lagi, ini juga bisa terjadi sebagai hasil dari perdagangan yang dilakukan
antar kelompok-kelompok tetangga, pertemuan antara siswa-siswa yang belajar di
luar negeri, pengadopsian balita-balita Rumania dan Rusia oleh pasangan-pasangan
Amerika, atau bisa juga pelajar yang sedang menjalani pertukaran pelajar dan
harus menetap sementara di rumah penduduk setempat.
e. Adanya pendidikan atau biasa disebut ‘kontak
belajar’
Bahasa inggris pada era global ini lingua franca dimana semua orang di
seluruh dunia harus mempelajari bahasa Inggris jika mereka ingin belajar Fisika,
mengerti percakapan dalam film-film Amerika, menerbangkan pesawat dengan
penerbangan internasional, serta melakukan bisnis dengan orang Amerika maupun
orang-orang asing lainnya. Contoh lain dari kontak belajar adalah bahasa Jerman
baku di Swiss, dimana penutur bahasa Jerman berdialek Swiss harus belajar bahasa
Jerman baku di sekolah. Hal yang sama juga terjadi pada orang muslim di seluruh
dunia yang harus mempelajari bahasa Arab klasik untuk tujuan
keagamaan.
Akibat
Kontak Bahasa
Kontak bahasa berhubungan erat dengan terjalinnya
kegiatan sosial dalam masyarakat terbuka yang menerima kedatangan anggota dari
satu atau lebih masyarakat lain.Thomason (2001:157) mengatakan bahwa adanya lingua franca menyebabkan terjadinya
kontak bahasa. Lebih jauh lagi, Thomason menyatakan bahwa tiga hal akibat
percampuran bahasa memunculkan bahasa pidgins, creol, dan bahasa bilingual campuran. Fenomena
tersebut merupakan fenomena yang saling terpisah, hanya saja untuk pidgin dan creol, dua hal tersebut terjadi secara
alami bersama-sama. Pidgin dan kreol muncul dalam konteks dimana orang-orang
dari latar belakang linguistik yang berbeda perlu mengadakan pembicaraan secara
teratur, inilah asal muasal lingua
franca; sedangkan bahasa bilingual campuran merupakan golongan bahasa
tersendiri yang bukan merupakan bahasa dari pergaulan luas.
o Apa itu pidgin dan kreol
?
Thomason (2001:159), menyatakan
bahwa pidgin secara tradisional
adalah bahasa yang muncul dalam kontak situasi baru yang melibatkan lebih dari
dua kelompok kebahasaan. Kelompok-kelompok ini tidak memiliki satupun bahasa
yang diketahui secara luas diantara kelompok-kelompok yang saling terkontak.
Mereka perlu berkomunikasi secara teratur, namun untuk tujuan yang terbatas,
misalnya perdagangan. Dari beberapa kombinasi alasan ekonomi, sosial dan
politik, mereka tidak mempelajari bahasa yang digunakan oleh masing-masing
kelompok, melainkan hanya mengembangkan pidgin dengan kosakata yang secara
khusus digambarkan (meskipun tidak selalu) dari salah satu bahasa yang mengalami
kontak. Tata bahasa pidgin tidak
berasal dari salah satu bahasa manapun, melainkan merupakan sejenis kompromi
persilangan tata bahasa dari bahasa-bahasa yang terkontak, dengan lebih atau
sedikit terpengaruh oleh pembelajaran bahasa kedua universal; secara khusus
kemudahan belajar membantu menentukan struktur kebahasaan pidgin.
Pandangan-pandangan mengenai
pidgin di atas membawa beberapa implikasi, yaitu bahwa pidgin tidak memiliki penutur asli:
pidgin selalu digunakan sebagai bahasa kedua (atau ketiga, atau keempat,
atau...) dan secara khusus digunakan untuk tujuan terbatas bagi komunikasi
antarkelompok. Implikasi yang kedua, yaitu bahwa pidgin mempunyai lebih sedikit bahan atau
materi linguistik dibandingkan bahasa nonpidgin– lebih sedikit kata, serta
tata bahasa dan sumber gaya dalam sintak dan wacana yang terbatas.Contoh
pidginisasi terjadi pada kontak bahasa antara bahasa Indonesia, dan bahasa
Inggris di kawasan pariwisata Bali.
Selanjutnya creol, sangat kontras dengan pidgin,
dimana creol mempunyai penutur asli
dalam komunitas ujaran. Seperti pidgin, creol berkembang dalam kontak situasi
yang didalamnya melibatkan lebih dari dua bahasa. Creol secara khusus menggambarkan
leksikonnya, namun tidak tata bahasanya. Grammar creol sama seperti pidgin yang berasal
dari persilangan bahasa yang dikompromikan oleh kreator, seseorang yang mungkin
atau tidak mungkin memasukkan penutur asli dari bahasa lexfier. Pada kenyataan beberapa bahasa
creol merupakan penutur asli pidgin.
Chaer dan Agustina (2010: 84)
berpendapat bahwa peristiwa-peristiwa kebahasaan yang mungkin terjadi sebagai
akibat adanya kontak bahasa adalah peristiwa bilingualisme, diglosia, alih kode, campur
kode, interferensi, integrasi, konvergensi, dan pergeseran bahasa.
Berikutnya kita akan membahas satu-persatu peristiwa tersebut.
1. Bilingualisme
Spolsky (1998:45)menyebutkan bahwa bilingualisme
ialah ketika seseorang telah menguasai bahasa pertama dan bahasa keduanya.
Sedangkan, Chaer (2007:65-66) menyampaikan beberapa pendapat ahli sebagai
berikut.
o Blomfield (1995) mengartikan bilingual sebagai penguasaan yang sama
baiknya oleh seseorang terhadap dua bahasa.
o Weinrich (1968) menyebutkan bahwa bilungual merupakan pemakaian dua
bahasa oleh seseorang secara bergantian; sedangkan
o Haugen
(1966) mengartikan sebagai kemampuan seseorang untuk menghasilkan tuturan yang
lengkap dan bermakna dalam bahasa lain yang bukan termasuk bahasa
ibunya.
Dengan demikian, bilingualisme merupakan
penguasaan seseorang terhadap dua bahasa
atau lebih (bukan bahasa ibu) dengan sama baiknya dan terjadi pada penutur yang
telah menguasai B1 (bahasa pertama) serta mampu berkomunikasi dengan B2 (bahasa
kedua) secara bergantian seperti yang terjadi di Montreal dan
Kanada.
2. Diglosia
Ferguson (melalui Chaer dan Agustina, 2010: 92)
menggunakan istilah diglosia untuk menyatakan keadaan suatu masyarakat dimana
terdapat dua variasi dari satu bahasa yang hidup berdampingan dan masing-masing
mempunyai peranan tertentu ada ragam tinggi dan ragam rendah. Contoh dari bahasa
Jawa terdapat bahasa Jawa Ngoko, Madya, dan Kromo.
3. Alih kode
Apple (1976:79 melalui Chaer dan Agustina,
107-108) mendefinisikan alih kode itu sebagai gejala peralihan pemakaian bahasa
karena berubah situasi. Berbeda dengan Apple yang menyatakan alihkode itu
antarbahasa, maka Hymes (1875:103) menyatakan alih kode itu bukan hanya terjadi
antarbahasa, tetapi dapat juga terjadi antar ragam-ragam atau gaya-gaya yang
terdapat dalam suatu bahasa. Contoh alih kode ketika penutur A dan B sedang
bercakap-cakap dengan menggunakan bahasa Sunda kemudian datang C yang tidak
mengerti bahasa Sunda maka A dan B beralih kode dalam bahasa Indonesia yang juga
dimengerti oleh C.
4. Campur kode
Thelender (1976: 103 melalui Chaer dan Agustina,
115: 2010) menjelaskan mengenai alih kode dan campur kode. Bila dalam suatu
peristiwa tutur terjadi peralihan dari satu klausa suatu bahasa ke klausa bahasa
lain, maka peristiwa yang terjadi adalah alih kode. Tetapi apabila di dalam
suatu peristiwa tutur, klausa-klausa maupun frase-frase yang digunakan terdiri
dari klausa dan frase campuran (hybrid
clauses, hybrid phrases), dan masing-masing klausa atau frase itu tidak lagi
mendukung fungsi sendiri-sendiri, maka peristiwa yang terjadi adalah campur kode
bukan alih kode.Perhatikan percakapan berikut yang dilakukan oleh penutur
dwibahasawan Indonesia- Cina Putunghoa di Jakarta, diangkat dari laporan
Haryono (1990 melalui Chaer dan
Agustina, 2010: 117).
Lokasi : di bagian iklan kantor surat kabar harian
indonesia
Bahasa : Indonesia dan Cina Putunghoa
Waktu : senin, 18 November 1988, pukul 11.
WIB
Penutur : informan III
(inf) dan pemasanga iklan (PI)
Topik : memilih halaman untuk memasang
iklan
Inf III : ni mau pasang di
halaman berapa? (anda, mau pasang di halaman berapa?)
PI : di baban aja deh (dihalaman depan
sajalah)
Inf III :mei you a! Kalau mau di halaman lain; baiel
di baban penuh lho! Nggak ada lagi! ( kalau mau di halaman lain. Hari selasa
halaman depan penuh lho. Tidak ada lagi)
PI : na wo xian gaosu wodejingli ba. Ta
yao di baban a (kalau demikian saya beri tahukan direktur dulu. Dia maunya di
halaman depan)
Inf III: hao, ni guosu ta
ba. Jintian degoang goa hen duo. Kalau mau ni buru-buru datang lagi (baik, kamu
beri tahu dia. Iklan hari ini sangat banyak. Kalau kamu mau harus segera datang
lagi)
5. Interferensi
Interferensi adalah penyimpangan norma bahasa
masing-masing yang terjadi di dalam tuturan dwibahasawan (bilingualisme) sebagai
akibat dari pengenalan lebih dari satu bahasa dan kontak bahasa itu sendiri.
Interferensi meliputi interferensi fonologi, morfologi, leksikal, dan sintaksis.
Contoh interferensi fonologi pada kata Bantul èmBantul. Interferensi morfologi pada kata terpukulèkepukul. Hal ini terinterferensi bahasa
Indonesia oleh bahasa Jawa. Interferensi sintaksis pada kalimat di sini toko laris yang mahal
sendiriètoko laris adalah toko yang
paling mahal di sini. Interferensi leksikon pada kata
kamanahèkemana (bahasa Indonesia terinterferensi bahasa Sunda).
6. Integrasi
Integrasi merupakan bahasa dengan unsur-unsur
pinjaman dari bahasa asing dipakai dan dianggap bukan sebagai unsur pinjaman,
biasanya unsur pinjaman diterima dan dipakai masyarakat setelah terjadi
penyesuaian tata bunyi atau tata kata dan melalui proses yang cukup lama. Contoh
police dari bahasa Inggris yang telah
diintegrasikan oleh masyarakat Malaysia menjadi polis, kata research juga telah diintegrasikan
menjadi riset.
7. Konvergensi
Secara singkat Chaer dan Agustina (2010: 130)
menyatakan bahwa ketika sebuah kata sudah ada pada tingkat integrasi, maka
artinya kata serapan itu sudah disetujui dan converged into the new language. Karena
itu proses yang terjadi dalam integrasi ini lazim disebut dengan konvergensi.
Contoh berikut proses konvergensi bahasa indonesia dan sebelah kanan bentuk
aslinya.
Klonyoè eau de cologne sirsakè zuursak
Sopir è chauffeur
researchè riset
8. Pergesesan
bahasa.
Pergeseran bahasa (language shift) menyangkut masalah
penggunaan bahasa oleh seorang penutur atau sekelompok penutur yang bisa terjadi
sebagai akibat perpindahan dari satu masyarakat tutur ke masyarakat tutur lain
(Chaer dan Agustina, 2010: 142). Kalau seorang atau sekelompok orang penutur
pindah ketempat lain yang menggunakan bahasa lain, dan bercampur dengan mereka
maka akan terjadi pergeseran bahasa.
Contoh
penelitian
Variasi Bahasa Inggris pada Kawasan Pariwisata Di
Bali
Oleh N.L Sutjiati Beratha
Penelitian ini menghasilkan bahwa variasi bahasa
inggris di Bali (Kuta, Ubud, Tanah Lot, dan Kali Bukbuk) disebabkan oleh dua
faktor, yakni faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi
interferensi interlingual, yakni
interferensi dari bahasa daerah mempengaruhi bahasa ke 2 atau ke tiga.
Interferensi jenis ini akan mengakibatkan penyederhanaan dan penerapan hipotesis
yang salah, meliputi interferensi fonologi, morfologi, sintaksis, dan leksikon.
Interferensi fonologi, misalnya pada pengucapan kata /f/ atau /v/ diucapkan
menjadi /p/. Seperti contoh berikut “ok,
never forget, see you” menjadi “neper
porget”. Interferensi morfologi, misalnya penambahan sufiks /s/ pada nomina
berverba tunggal, “ this paintings is
very old, sir” seharusnya yang diucapakan “this is a very old painting, sir”,
selain contoh itu penutur bahasa Bali biasanya juga memberikan pengulangan
bentuk seperti dalam bahasa indonesia , “tomorrow-tomorrow come back, sir”.
Interferensi pada tataran sintaksis seperti pembalikan susunan kalimat,” coming in Bali your girl friend?”.
Interferensi leksikon ditunjukkan dalam penggunaaan leksikon holiday, leksikon tersebut diartikan
oleh orang Bali sebagai libur, namun dalam pemakaian dalam konteks berikut,
kiranya kurang tepat “ back, back,
holiday” seharusnya “please back
ward, it is free”. Interferensi berikutnya adalah interferensi intralingual meliputi
tataran morfologi dan leksikon. Pada tataran morfologi seperti pada kalimat
berikut “ you say two coffees and
teas” seharusnya yang diucapkan adalah “ did you say that you order two cups of
coffee and two glasses of tea” sedangkan pada tataran leksikon “ I like to hear classical music”
seharusnya “ I like to listen to
classical music”. Faktor eksternal dalam variasi yang ada di dalam
penelitian ini adalah disebabkan oleh kelompok sosial masyarakat Bali yang
menggunakan bahasa tersebut. Kemampuan berkomunikasi yang baik juga akan
menjadikan komunikasi secara baik pula, dengan adanya tiga kriteria berikut,
yakni kemampuan linguistik, keterampilan berinteraksi dan pengetahuan mengenai
budaya.
Penutup
Berdasarkan pemaparan materi mengenai kontak bahasa maka dapat
disimpulkan beberapa hal berikut.
1. Kontak bahasa merupakan suatu peristiwa dimana antara penutur dan mitra
tutur tidak mempunyai latar belakang bahasa yang sama sehingga mereka melakukan
kontak bahasa.
2. Faktor-fakor kontak bahasa meliputi:
a. Adanya dua kelompok yang berpindah ke daerah yang tak berpenghuni
kemudian mereka bertemu disana
b. Perpindahan satu kelompok ke wilayah kelompok lain
c. Adanya praktek pertukaran buruh secara paksa
d. Adanya hubungan budaya yang dekat antarsesama tetangga lama
e. Adanya pendidikan atau biasa disebut ‘kontak belajar’
3. Kontak bahasa bisa terjadi pada masyarakat yang terbuka menerima
masyarakat yang berbeda bahasa untuk masuk dalam masyarakat tuturnya, sehingga
masyarakat tidak lagi disebut sebagai masyarakat monolingual
4. Akibat dari kontak bahasa memunculkan peristiwa lingua franca yang di dalamnya terdapat
bahasa pidgin dan kreol. Selain itu akibat kontak bahasa juga terjadi bilingualisme, diglosia, interferensi,
konvergensi, integrasi, dan pergeseran bahasa.
DAFTAR
PUSTAKA
Beratha, Sutjiati.
N.L. 1999. Variasi Bahasa Inggris Pada
Kawasan Pariwisatadi Bali. Jurnal Humaniora, vol 12 (122-130)
Chaer, Abdul.
2007. Linguistik Umum. Jakarta:
Rineka cipta.
Chaer, Abdul dan
Agustina, Leonie. 2010. Sosiolinguistik
Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta.
Thomason. G,
Sarah.2001.Language Contact.
Edinburg: Edinburg University Press Ltd.
Permadi, Tedi. Interferensi Non-Bahasa Indonesia Ke Dalam
Bahasa Indonesia:Tinjauan Atas Beberapa Hasil Penelitian. FPBSI: Universitas
Pendidikan Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar