Sabtu, 01 Juni 2013

KONTAK BAHASA


Kontak Bahasa 
Oleh Diana Mayasari_Nim 12706251068
Pendahuluan
Manusia dalam memenuhi kehidupan sehari-hari tak lepas dari manusia yang lainnya sehingga manusia melaksanakan berbagai kegiatan dengan manusia yang lainnya. Beragamnya kegiatan tersebut mengharuskan mereka untuk berkomunikasi satu sama lain, baik itu dengan anggota masyarakatnya ataupun dengan anggota dari masyarakat lain, padahal secara umum diketahui bahwa bahasa yang digunakan antarmasyarakat yang satu dengan yang lain berbeda, sehingga peristiwa inilah yang kemudian menyebabkan terjadinya kontak bahasa. Kontak bahasa merupakan peristiwa dimana terjadi penggunaan lebih dari satu bahasa dalam waktu dan tempat yang bersamaan. Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab terjadinya kontak bahasa. Ulasan ini akan membahas mengenai faktor-faktor tersebut disertai contoh-contoh masyarakat yang mengalami kontak bahasa serta akibat yang ditimbulkan dari adanya kontak bahasa.

Sekilas tentang Kontak Bahasa
Thomason (2001: 1) berpendapat bahwa kontak bahasa adalah peristiwa penggunaan lebih dari satu bahasa dalam tempat dan waktu yang sama. Kontak bahasa tidak menuntut penutur untuk berbicara dengan lancar sebagai dwibahasawan atau multibahasawan, namun terjadinya komunikasi antara penutur dua bahasa yang berbeda pun sudah dikategorikan sebagai peristiwa kontak bahasa. Sebagai contoh, ketika dua kelompok wisatawan yang sedang melakukan transaksi jual beli di Marioboro Jogja. Antara penjual sebagi penutur bahasa jawa dan pembeli yang berbahasa asing sama-sama menggunakan bahasa yang mudah dipahami. Peristiwa komunikasi ini, meskipun mungkin dalam bentuk yang sangat sederhana, sudah masuk dalam kategori kontak bahasa.

Faktor Penyebab Kontak Bahasa
Thomason (2001: 17-21) menjelaskan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kontak bahasa dapat dikelompokan menjadi lima sebagai berikut.
a.    Adanya dua kelompok yang berpindah ke daerah yang tak berpenghuni kemudian mereka bertemu disana.
Antartika, sebagai tempat dimana tidak ada populasi manusia yang menetap disana, merupakan contoh dari adanya kontak bahasa dengan sebab ini. Para ilmuwan dari berbagai belahan dunia saling melakukan kontak bahasa dalam perkemahan mereka selama berada disana.
b.    Perpindahan satu kelompok ke wilayah kelompok lain
Peristiwa perpindahan satu kelompok ke wilayah kelompok lain bisa dengan cara damai atau sebaliknya, namun kebanyakan tujuan dari adanya perpindahan ini adalah untuk menaklukan dan menguasai wilayah dari penghuni aslinya. Sebagai contoh, pada awalnya masyarakat Indian menerima kedatangan bangsa Eropa dengan ramah, begitu pun sebaliknya. Namun, bangsa Eropa kemudian berkeinginan untuk memiliki tanah Amerika, sehingga ketika jumlah mereka yang datang sudah cukup banyak, mereka mengadakan penaklukan terhadap warga pribumi.
Perpindahan juga bisa terjadi melalui peperangan. Namun, tidak semua kontak bahasa terjadi melalui proses saling bermusuhan. Ada juga yang terjadi melalui perdagangan, penyebaran misi agama serta adanya perkawinan campuran antara warga pribumi dan bangsa Eropa selanjutnya kasus ini juga disebabkan oleh imigran seperti yang terjadi di New Zealand. Namun demikian, di samping perpindahan dengan penaklukan dan penguasaan tersebut, ada pula kontak bahasa yang terjadi dengan jalan damai, yaitu perpindahan kelompok-kelompok kecil atau individu-individu yang tersebar yang bergabung dengan para imigran yang telah datang lebih dulu dan menempati wilayah itu sebelumnya seperti imigran yang datang ke Amerika.
c.    Adanya praktek pertukaran buruh secara paksa
Kontak bahasa pada beberapa perkebunan di daerah Pasifik berawal ketika para buruh yang dibawa kesana beberapa karena pemaksaan berasal dari berbagai pulau Pasifik yang berbeda. Banyaknya orang Asia Selatan di Afrika Selatan pada awalnya berasal dari pertukaran buruh pada industri tebu sekitar abad XIX. Hal ini menyebabkan bahasa Tamil, salah satu bahasa India, menjadi bahasa minoritas di negara tersebut. Adanya pertukaran buruh atau budak ini mendorong sosiolinguis untuk membuat perbedaan antara yang secara sukarela atau yang dipaksa untuk berpindah. Perbedaan ini tentu saja memengaruhi sikap mereka terhadap negara yang dituju dan seringkali juga pada hasil kontak bahasa.
d.    Adanya hubungan budaya yang dekat antarsesama tetangga lama
Faktor ini menyiratkan bahwa peristiwa kontak bahasa tisak mencari asal-usul terjadinya kontak. Kontak bahasa juga terjadi sebagai hasil dari perkawinan campuran diantara suku Aborigin Australia yang mempraktekan eksogami yang terjadi di Vietnam selam terjadi peperangan. Lebih jauh lagi, ini juga bisa terjadi sebagai hasil dari perdagangan yang dilakukan antar kelompok-kelompok tetangga, pertemuan antara siswa-siswa yang belajar di luar negeri, pengadopsian balita-balita Rumania dan Rusia oleh pasangan-pasangan Amerika, atau bisa juga pelajar yang sedang menjalani pertukaran pelajar dan harus menetap sementara di rumah penduduk setempat.
e.    Adanya pendidikan atau biasa disebut ‘kontak belajar’
Bahasa inggris pada era global ini lingua franca dimana semua orang di seluruh dunia harus mempelajari bahasa Inggris jika mereka ingin belajar Fisika, mengerti percakapan dalam film-film Amerika, menerbangkan pesawat dengan penerbangan internasional, serta melakukan bisnis dengan orang Amerika maupun orang-orang asing lainnya. Contoh lain dari kontak belajar adalah bahasa Jerman baku di Swiss, dimana penutur bahasa Jerman berdialek Swiss harus belajar bahasa Jerman baku di sekolah. Hal yang sama juga terjadi pada orang muslim di seluruh dunia yang harus mempelajari bahasa Arab klasik untuk tujuan keagamaan.
Akibat Kontak Bahasa
Kontak bahasa berhubungan erat dengan terjalinnya kegiatan sosial dalam masyarakat terbuka yang menerima kedatangan anggota dari satu atau lebih masyarakat lain.Thomason (2001:157) mengatakan bahwa adanya lingua franca menyebabkan terjadinya kontak bahasa. Lebih jauh lagi, Thomason menyatakan bahwa tiga hal akibat percampuran bahasa memunculkan bahasa pidgins, creol, dan bahasa bilingual campuran. Fenomena tersebut merupakan fenomena yang saling terpisah, hanya saja untuk pidgin dan creol, dua hal tersebut terjadi secara alami bersama-sama. Pidgin dan kreol muncul dalam konteks dimana orang-orang dari latar belakang linguistik yang berbeda perlu mengadakan pembicaraan secara teratur, inilah asal muasal lingua franca; sedangkan bahasa bilingual campuran merupakan golongan bahasa tersendiri yang bukan merupakan bahasa dari pergaulan luas.
o   Apa itu pidgin dan kreol ?
Thomason (2001:159), menyatakan bahwa pidgin secara tradisional adalah bahasa yang muncul dalam kontak situasi baru yang melibatkan lebih dari dua kelompok kebahasaan. Kelompok-kelompok ini tidak memiliki satupun bahasa yang diketahui secara luas diantara kelompok-kelompok yang saling terkontak. Mereka perlu berkomunikasi secara teratur, namun untuk tujuan yang terbatas, misalnya perdagangan. Dari beberapa kombinasi alasan ekonomi, sosial dan politik, mereka tidak mempelajari bahasa yang digunakan oleh masing-masing kelompok, melainkan hanya mengembangkan pidgin dengan kosakata yang secara khusus digambarkan (meskipun tidak selalu) dari salah satu bahasa yang mengalami kontak. Tata bahasa pidgin tidak berasal dari salah satu bahasa manapun, melainkan merupakan sejenis kompromi persilangan tata bahasa dari bahasa-bahasa yang terkontak, dengan lebih atau sedikit terpengaruh oleh pembelajaran bahasa kedua universal; secara khusus kemudahan belajar membantu menentukan struktur kebahasaan pidgin.
Pandangan-pandangan mengenai pidgin di atas membawa beberapa implikasi, yaitu bahwa pidgin tidak memiliki penutur asli: pidgin selalu digunakan sebagai bahasa kedua (atau ketiga, atau keempat, atau...) dan secara khusus digunakan untuk tujuan terbatas bagi komunikasi antarkelompok. Implikasi yang kedua, yaitu bahwa pidgin mempunyai lebih sedikit bahan atau materi linguistik dibandingkan bahasa nonpidgin– lebih sedikit kata, serta tata bahasa dan sumber gaya dalam sintak dan wacana yang terbatas.Contoh pidginisasi terjadi pada kontak bahasa antara bahasa Indonesia, dan bahasa Inggris di kawasan pariwisata  Bali.
Selanjutnya creol, sangat kontras dengan pidgin, dimana creol mempunyai penutur asli dalam komunitas ujaran. Seperti pidgin, creol berkembang dalam kontak situasi yang didalamnya melibatkan lebih dari dua bahasa. Creol secara khusus menggambarkan leksikonnya, namun tidak tata bahasanya. Grammar creol sama seperti pidgin yang berasal dari persilangan bahasa yang dikompromikan oleh kreator, seseorang yang mungkin atau tidak mungkin memasukkan penutur asli dari bahasa lexfier. Pada kenyataan beberapa bahasa creol merupakan penutur asli pidgin.
Chaer dan Agustina (2010: 84) berpendapat bahwa peristiwa-peristiwa kebahasaan yang mungkin terjadi sebagai akibat adanya kontak bahasa adalah peristiwa bilingualisme, diglosia, alih kode, campur kode, interferensi, integrasi, konvergensi, dan pergeseran bahasa. Berikutnya kita akan membahas satu-persatu peristiwa tersebut.
1.  Bilingualisme
Spolsky (1998:45)menyebutkan bahwa bilingualisme ialah ketika seseorang telah menguasai bahasa pertama dan bahasa keduanya. Sedangkan, Chaer (2007:65-66) menyampaikan beberapa pendapat ahli sebagai berikut.
o   Blomfield (1995) mengartikan bilingual sebagai penguasaan yang sama baiknya oleh seseorang terhadap dua bahasa.
o   Weinrich (1968) menyebutkan bahwa bilungual merupakan pemakaian dua bahasa oleh seseorang secara bergantian; sedangkan
o   Haugen (1966) mengartikan sebagai kemampuan seseorang untuk menghasilkan tuturan yang lengkap dan bermakna dalam bahasa lain yang bukan termasuk bahasa ibunya.
Dengan demikian, bilingualisme merupakan penguasaan seseorang terhadap dua  bahasa atau lebih (bukan bahasa ibu) dengan sama baiknya dan terjadi pada penutur yang telah menguasai B1 (bahasa pertama) serta mampu berkomunikasi dengan B2 (bahasa kedua) secara bergantian seperti yang terjadi di Montreal dan Kanada.
2.    Diglosia
Ferguson (melalui Chaer dan Agustina, 2010: 92) menggunakan istilah diglosia untuk menyatakan keadaan suatu masyarakat dimana terdapat dua variasi dari satu bahasa yang hidup berdampingan dan masing-masing mempunyai peranan tertentu ada ragam tinggi dan ragam rendah. Contoh dari bahasa Jawa terdapat bahasa Jawa Ngoko, Madya, dan Kromo.
3.    Alih kode
Apple (1976:79 melalui Chaer dan Agustina, 107-108) mendefinisikan alih kode itu sebagai gejala peralihan pemakaian bahasa karena berubah situasi. Berbeda dengan Apple yang menyatakan alihkode itu antarbahasa, maka Hymes (1875:103) menyatakan alih kode itu bukan hanya terjadi antarbahasa, tetapi dapat juga terjadi antar ragam-ragam atau gaya-gaya yang terdapat dalam suatu bahasa. Contoh alih kode ketika penutur A dan B sedang bercakap-cakap dengan menggunakan bahasa Sunda kemudian datang C yang tidak mengerti bahasa Sunda maka A dan B beralih kode dalam bahasa Indonesia yang juga dimengerti oleh C.
4.    Campur kode
Thelender (1976: 103 melalui Chaer dan Agustina, 115: 2010) menjelaskan mengenai alih kode dan campur kode. Bila dalam suatu peristiwa tutur terjadi peralihan dari satu klausa suatu bahasa ke klausa bahasa lain, maka peristiwa yang terjadi adalah alih kode. Tetapi apabila di dalam suatu peristiwa tutur, klausa-klausa maupun frase-frase yang digunakan terdiri dari klausa dan frase campuran (hybrid clauses, hybrid phrases), dan masing-masing klausa atau frase itu tidak lagi mendukung fungsi sendiri-sendiri, maka peristiwa yang terjadi adalah campur kode bukan alih kode.Perhatikan percakapan berikut yang dilakukan oleh penutur dwibahasawan Indonesia- Cina Putunghoa di Jakarta, diangkat dari laporan Haryono  (1990 melalui Chaer dan Agustina, 2010: 117).

Lokasi  : di bagian iklan kantor surat kabar harian indonesia
Bahasa : Indonesia dan Cina Putunghoa
Waktu : senin, 18 November 1988, pukul 11. WIB
Penutur : informan III (inf) dan pemasanga iklan (PI)
Topik   : memilih halaman untuk memasang iklan
Inf III : ni mau pasang di halaman berapa? (anda, mau pasang di halaman berapa?)
PI         : di baban aja deh (dihalaman depan sajalah)
Inf III   :mei you a! Kalau mau di halaman lain; baiel di baban penuh lho! Nggak ada lagi! ( kalau mau di halaman lain. Hari selasa halaman depan penuh lho. Tidak ada lagi)
PI         : na wo xian gaosu wodejingli ba. Ta yao di baban a (kalau demikian saya beri tahukan direktur dulu. Dia maunya di halaman depan)
Inf III: hao, ni guosu ta ba. Jintian degoang goa hen duo. Kalau mau ni buru-buru datang lagi (baik, kamu beri tahu dia. Iklan hari ini sangat banyak. Kalau kamu mau harus segera datang lagi)

5.    Interferensi
Interferensi adalah penyimpangan norma bahasa masing-masing yang terjadi di dalam tuturan dwibahasawan (bilingualisme) sebagai akibat dari pengenalan lebih dari satu bahasa dan kontak bahasa itu sendiri. Interferensi meliputi interferensi fonologi, morfologi, leksikal, dan sintaksis. Contoh interferensi fonologi pada kata Bantul èmBantul. Interferensi morfologi pada kata terpukulèkepukul. Hal ini terinterferensi bahasa Indonesia oleh bahasa Jawa. Interferensi sintaksis pada kalimat di sini toko laris yang mahal sendiriètoko laris adalah toko yang paling mahal di sini. Interferensi leksikon pada kata kamanahèkemana (bahasa Indonesia terinterferensi bahasa Sunda).
6.    Integrasi
Integrasi merupakan bahasa dengan unsur-unsur pinjaman dari bahasa asing dipakai dan dianggap bukan sebagai unsur pinjaman, biasanya unsur pinjaman diterima dan dipakai masyarakat setelah terjadi penyesuaian tata bunyi atau tata kata dan melalui proses yang cukup lama. Contoh police dari bahasa Inggris yang telah diintegrasikan oleh masyarakat Malaysia menjadi polis, kata research juga telah diintegrasikan menjadi riset.
7.    Konvergensi
Secara singkat Chaer dan Agustina (2010: 130) menyatakan bahwa ketika sebuah kata sudah ada pada tingkat integrasi, maka artinya kata serapan itu sudah disetujui dan converged into the new language. Karena itu proses yang terjadi dalam integrasi ini lazim disebut dengan konvergensi. Contoh berikut proses konvergensi bahasa indonesia dan sebelah kanan bentuk aslinya.
Klonyoè eau de cologne                     sirsakè zuursak
Sopir è chauffeur                                researchè riset
8.    Pergesesan bahasa.
Pergeseran bahasa (language shift) menyangkut masalah penggunaan bahasa oleh seorang penutur atau sekelompok penutur yang bisa terjadi sebagai akibat perpindahan dari satu masyarakat tutur ke masyarakat tutur lain (Chaer dan Agustina, 2010: 142). Kalau seorang atau sekelompok orang penutur pindah ketempat lain yang menggunakan bahasa lain, dan bercampur dengan mereka maka akan terjadi pergeseran bahasa.

Contoh penelitian
Variasi Bahasa Inggris pada Kawasan Pariwisata Di Bali
Oleh N.L Sutjiati Beratha
Penelitian ini menghasilkan bahwa variasi bahasa inggris di Bali (Kuta, Ubud, Tanah Lot, dan Kali Bukbuk) disebabkan oleh dua faktor, yakni faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi interferensi interlingual, yakni interferensi dari bahasa daerah mempengaruhi bahasa ke 2 atau ke tiga. Interferensi jenis ini akan mengakibatkan penyederhanaan dan penerapan hipotesis yang salah, meliputi interferensi fonologi, morfologi, sintaksis, dan leksikon. Interferensi fonologi, misalnya pada pengucapan kata /f/ atau /v/ diucapkan menjadi /p/. Seperti contoh berikut “ok, never forget, see you” menjadi “neper porget”. Interferensi morfologi, misalnya penambahan sufiks /s/ pada nomina berverba tunggal, “ this paintings is very old, sir” seharusnya yang diucapakan “this is a very old painting, sir”, selain contoh itu penutur bahasa Bali biasanya juga memberikan pengulangan bentuk seperti dalam bahasa indonesia , “tomorrow-tomorrow come back, sir”. Interferensi pada tataran sintaksis seperti pembalikan susunan kalimat,” coming in Bali your girl friend?”. Interferensi leksikon ditunjukkan dalam penggunaaan leksikon holiday, leksikon tersebut diartikan oleh orang Bali sebagai libur, namun dalam pemakaian dalam konteks berikut, kiranya kurang tepat “ back, back, holiday” seharusnya “please back ward, it is free”. Interferensi berikutnya adalah interferensi intralingual meliputi tataran morfologi dan leksikon. Pada tataran morfologi seperti pada kalimat berikut “ you say two coffees and teas” seharusnya yang diucapkan adalah “ did you say that you order two cups of coffee and two glasses of tea” sedangkan pada tataran leksikon “ I like to hear classical music” seharusnya “ I like to listen to classical music”. Faktor eksternal dalam variasi yang ada di dalam penelitian ini adalah disebabkan oleh kelompok sosial masyarakat Bali yang menggunakan bahasa tersebut. Kemampuan berkomunikasi yang baik juga akan menjadikan komunikasi secara baik pula, dengan adanya tiga kriteria berikut, yakni kemampuan linguistik, keterampilan berinteraksi dan pengetahuan mengenai budaya.




Penutup
Berdasarkan pemaparan materi mengenai kontak bahasa maka dapat disimpulkan beberapa hal berikut.
1.      Kontak bahasa merupakan suatu peristiwa dimana antara penutur dan mitra tutur tidak mempunyai latar belakang bahasa yang sama sehingga mereka melakukan kontak bahasa.
2.      Faktor-fakor kontak bahasa meliputi:
a.       Adanya dua kelompok yang berpindah ke daerah yang tak berpenghuni kemudian mereka bertemu disana
b.      Perpindahan satu kelompok ke wilayah kelompok lain
c.       Adanya praktek pertukaran buruh secara paksa
d.      Adanya hubungan budaya yang dekat antarsesama tetangga lama
e.       Adanya pendidikan atau biasa disebut ‘kontak belajar’
3.      Kontak bahasa bisa terjadi pada masyarakat yang terbuka menerima masyarakat yang berbeda bahasa untuk masuk dalam masyarakat tuturnya, sehingga masyarakat tidak lagi disebut sebagai masyarakat monolingual
4.      Akibat dari kontak bahasa memunculkan peristiwa lingua franca yang di dalamnya terdapat bahasa pidgin dan kreol. Selain itu akibat kontak bahasa juga terjadi bilingualisme, diglosia, interferensi, konvergensi, integrasi, dan pergeseran bahasa.

DAFTAR PUSTAKA


Beratha, Sutjiati. N.L. 1999. Variasi Bahasa Inggris Pada Kawasan Pariwisatadi Bali. Jurnal Humaniora, vol 12 (122-130)
Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka cipta.
Chaer, Abdul dan Agustina, Leonie. 2010. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta.
Thomason. G, Sarah.2001.Language Contact. Edinburg: Edinburg University Press Ltd.
Permadi, Tedi. Interferensi Non-Bahasa Indonesia Ke Dalam Bahasa Indonesia:Tinjauan Atas Beberapa Hasil Penelitian. FPBSI: Universitas Pendidikan Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar